di.s3@uin-alauddin.ac.id +62-411-841-879

Promosi Doktor Ke-1155, Aliman Bahas Demokrasi Islam Transendental Muhammad Iqbal.

Pascasarjana Online- Pascasarjana Uin Alauddin Makassar kembali menggelar Promosi Doktor yang ke-1155. Promosi tersebut sebagai proses akademik untuk memberikan gelar doktor bagi Aliman mahasiswa Prodi Dirasah Islamiyah program doktor Konsentrasi Pemikiran Islam. Di Ruang Aula PPG UIN Alauddin Makassar, Jln Bonto Tannga Kompleks Pesantren Madani Pao-Pao, Gowa, Senin (12/02/2024).

Pada kesempatan itu Aliman memaparkan bahwa Demokrasi Islam Transendental merupakan gagasan yang mengkritik proses berdemokrasi di barat yang di bangun tanpa ada landasan spritual keimanan, yang bertumpu pada liberalisme, materialisme dan sekularisme.

“Muhammad Iqbal menunjukkan bahwa Demokrasi Islam transendental merupakan suatu sistem pemerintahan atau aturan yang memiliki hubungan, kedudukan dan prinsip dasar yang sesuai dengan islam.” Papar Aliman.

Selain itu, lanjut Aliman,” Ada hubugan erat antara dimensi ketuhanan yang bersumber dari realitas tertinggi dengan manusia sempurna yang terpilih untuk menjalankan amanah Tuhan di bumi yang dilandasi dengan prinsip bahwa esensi manusia terikat oleh kesatuan spritual, tauhid, legislasi dan kedaulatan berasal dari Tuhan, kebebasan dan persamaan, ijtihad dan sura serta menempatkan aspek spritual dan nilai etika maupun moralitas sebagai prinsip fundamental.” Lanjut Aliman.

Menurut Dia, “demokrasi islam transendental memberi penguatan terhadap institusi maupun kelembagaan dalam pemerintaan atau pun negara yang mampu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada level pemerintahan tetapi juga dalam lingkup keluarga maupun individu.” Kata Aliman.

Dalam Promosi itu, beberapa penguji melayangkan kritik terhadap riset yang di kemukakan oleh Aliman. Salah satunya Dr. H.Abdul Rahman Sakka,Lc.,M.Pd.I., sebagai penguji Dia menuturkan kecurigaan bahwa pemikiran Muhammad Iqbal tentang Demokrasi transendental adalah konsep yang diambil dari Adilson yang sebelumnya sudah pernah mengemukakan konsep ini, sehingga dalam penelitian Aliman tidak ada novelti atau kebaruan yang bisa kita temukan.

“Adilson lebih dulu mengemukakan konsep Demokrasi transendental. Jangan-jangan Muhammad Iqbal ini mengkopi paste pemikiran dari Adilson, ada kemungkinan ke arah situ,” Tanya Abdul Rahman Sakka.

Saya rasa tidak seperti itu, kata Aliman. Pemikiran Muhammad Iqbal dan Adilson tentu berbeda. Adilson melihat hubungan ketuhanan itu mengambil perspektif Nasrani yang terkait dengan ruh, bahwasannya Tuhan itu ada pada manusia.” Jawab Aliman.

“Hal inilah yang tidak ada dalam disertasi Aliman, sehingga dalam penelitian Aliman tidak kebaruan dan miskin analisis, seharusnya Aliman menggunakan Pemikiran Adilson untuk mengkritik pemikiran Muhammad Iqbal,” kata Abdul Rahman Sakka.

Di kesempatan lain, Dr. H.Nurman Said, M.A., selaku Co-Promotor sekaligus penguji, berpendapat bahwa pemikiran Muhammad Iqbal bisa digolongkan ke dalam pemikiran Eksistensialisme Teistik. Artinya Muhammad Iqbal memandang bahwa islam mendorong manusia untuk mencapai keinginannya namun tetap menggunakan Tuhan sebagai landasan hidupnya.

Penulis: Najamuddin.

Leave a Reply